SAMARINDA – Kampung Tenun, salah satu destinasi wisata di Samarinda Seberang punya daya tarik tersendiri. Mereka populer berkat pesona tenunan tradisionalnya.
Salah satu penenun, Nita kepada Jurnalborneo.com menerangkan, dirinya telah menggeluti tradisi menenun selama 10 tahun. Meneruskan warisan dari ibunya. Kegiatan tersebut bukan sekadar hobi, tapi menjadi mata pencaharian.
Sebab, menjanjikan penghasilan yang cukup tinggi. “Sarung tenunan kualitas nomor dua harganya Rp 400 ribu. Sementara tenunan kualitas nomor satu, dihargai Rp 1,5-2 juta, tergantung pada pesanan kain dan kualitasnya,” ungkap Nita.
Selain sarung, lanjutnya masyarakat di kampung tersebut juga mahir menenun produk lain, salah satunya membuat syal. “Kegiatan menenun biasanya pagi pukul 06.00 Wita. Kemudian istirahat waktu dzuhur, dan dilanjutkan hingga sore,” bebernya.
Diklaim, melestarikan warisan budaya dan menghasilkan karya unik sudah menjadi tradisi di Kampung Tenun tersebut. Salah satu destinasi wisata di Kota Tepian itu pun diharapkan memantik kegiatan pariwisata agar makin berkembang.