SAMARINDA – Berniat merantau ke Samarinda mengadu nasib agar ada perbaikan ekonomi keluarganya, Siswoko pekerja bangunan bersama istrinya justru diberi cobaan terkena penyakit yang membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.
“Kami merantau ke Samarinda diakhir 2010, suami bekerja di proyek bangunan. Saya hanya mengurus rumah tangga saja,” ucap Siti Chotimah istri dari Siswoko, saat mendampingi suami kontrol di instalasi rawat jalan (Irja) RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, Selasa, 12 September 2023.
Sejak tahun 2010 tiba di Samarinda, lanjut Chotimah, alhamdulillah suami bekerja terus, ada saja pekerjaan proyek, namun sering tertipu oleh mandor, banyak tidak dibayarnya. Namun mimpi Siswoko kandas, sejak akhir November 2022 lalu, setiap pulang kerja mengeluh pusing, mutar-mutar, dikira vertigo biasa.
“Saya kira pusing-pusing biasa atau vertigo, tapi begitu diperiksakan bilang dokter hasilnya ada tumor ganas di kepalanya yang harus segera dioperasi. Alhamdulillah kami ada BPJS jadi mengikuti langkah-langkah pengobatan yang diberikan dokter menggunakan fasilitas BPJS,” jelas Chotimah.
Tahapan pengobatan menggunakan BPJS, dengan telaten Siti Chotimah mendampingi suaminya selama perawatan di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie (AWS). “Sudah dua kali suami saya menjalani operasi. Yang pertama dioperasi tanggal 27 Januari 2023, dan operasi kedua dijalankan pada tanggal 4 April 2023,” ungkap Chotimah.
Saat sehat Siswoko dan Siti Chotimah bersama anaknya yang pertama berusia 18 tahun tinggal di Loa Janan, dengan menyewa rumah, namun karena sejak kepala rumah tangganya sakit, dan fokus pengobatan suami, sama sekali tidak ada penghasilan. Jangankan untuk membayar sewa, untuk makan hari-hari pun dibantu orang lain. akhirnya diusir dari kontrakan, barang-barangnya pun dikeluarkan dari dalam rumah kontrakan.
“Selama perawatan awalnya kami bisa tinggal di rumah singgah Kanker Etam di Jl. Delima Tengah No.53, Sidodadi, Kec. Samarinda Ulu, Kami cari yang tidak bayar dan ada yang bantu untuk makan hari-hari.” ungkap Chotimah terbuka.
Namun sejak beberapa Minggu lalu terpaksa Siswoko beserta keluarganya harus keluar dari rumah singgah Kanker Etam dengan alasan karena keluarga Siswoko ber KTP Samarinda. Sementara rumah singgah Kanker Etam khusus untuk orang-orang yang domisilinya jauh dari Samarinda.
Begitu keluar dari rumah singgah Kanker Etam, istri Siswoko dibantu dana keluarga pasien lainnya untuk mencari sewaan di luar, dan akhirnya dapat kamar kos di jalan Trisari, dengan biaya Rp500.000 sebulan.
Melihat perkembangan suaminya yang sudah hampir satu tahun tidak kunjung ada kemajuan, Siti Chotimah berharap ada pihak yang bisa membantu memulangkan. “Saya mohon ambulance PWI bisa bantu fasilitasi ke Bu Menteri Sosial, atau pihak mana saja agar kami dapat dibantu diantarkan sampai Malang menggunakan Ambulance, karena suaminya tidak bisa duduk.” Ucap Siti Chotimah penuh harap sambil memandangi kondisi suaminya.
Rencana pulang kampung yang dituju di Malang orang tua dari suaminya. “Ibu mertua saya masih hidup, beliau tinggal di kecamatan Kalipare kabupaten Malang, beliau sudah tua, biar melihat kondisi putranya. Kami ingin pulang ke Malang untuk merawat suami, Karena di Samarinda kami tidak punya apa-apa lagi untuk bertahan hidup,” tutur Siti Chotimah penuh pilu.(mun)