KUTAI TIMUR – Perkembangan media informasi yang pesat membutuhkan adanya literasi informasi. Terlebih, saat ini marak berita yang tidak benar atau hoaks sehingga dapat merusak pemikiran masyarakat.
Dalam hal ini, anggota DPRD Kutim Hephnie Armansyah memaknai era sekarang adalah era post truth. Namun, era itu sendiri dapat mengarah pada absurditas.
“Literasi dalam berinformasi khususnya di kalangan pemuda harus ditingkatkan, jika tidak ingin nalar bangsa ini kacau balau nantinya,” ungkapnya.
Dengan tema ‘Strategi Literasi Informasi,’ legislator asal PPP itu menginginkan masyarakat untuk mempelajari penalaran berpikir. Dengan begitu, masyarakat pun tidak memakan mentah-mentah informasi yang membanjiri setiap waktu.
“Yang pertama menguatkan fondasi berpikir, kedua seleksi, ketiga verifikasi informasi, dan banyak lainnya yang bisa bikin kita tidak terjerumus dalam keabsurdan,” katanya.
Dari kacamata keagamaan, imbuhnya, saat membaca atau beraktifitas di dunia informasi agar tidak tersesat diperlukan penerapan kajian dalam setiap informasi yang diterima, menguji asal usul informasi dan kevalidan dari informasi itu sendiri.
“Agama kita mengajarkan pentingnya logika dan penalaran. Literasi itu penting untuk dimiliki, khususnya generasi yang masih muda, karena masih perlu pengalaman dan bacaan yang perlu didalami,” tegasnya.
Dirinya juga menambahkan hidup di era yang sulit untuk menentukan kebenaran saat ini perlu ketenangan dan penalaran matang.
“Kita bisa emosi seketika, euforia seketika, dari informasi ini. Jadi, perlu untuk menjaga ritme yang mengedepankan akal sehat agar tidak terlalu random dan penuh kekaburan dalam berfikir dan bertindak,” tutupnya. (Adv/DPRD/De)