BATU – Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat kawasan hutan sekaligus melestarikan lingkungan yang selama ini memanfaatkan lahan Perhutani untuk menanam komoditi Kopi yang diberi nama kopi Arjuno, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melaunching perdesaan Agroforestry Kopi Lereng Gunung Arjuno di wisata Oyot Coban Talun desa Tulungrejo Batu, Rabu, 14 Juni 2023.
Pj. Walikota Batu Aries Agung Paewei menjelaskan kepada Jurnalborneo.com dengan launching perdesaan agroforestry kopi lereng Arjuno akan memberi peluang peningkatan pendapatan masyarakat mengingat komoditi kopi mengalami trend positif di pasar Intenasional. Diharapkan produksi kopi yang dihasilkan akan menambah ikon kota Batu yang selama ini dikenal sebagai kota Apel, Batu menjadi Kota Apel Kopi.
“Sesuai dengan konsep hutan lestari, kami bersama masyarakat untuk mempertahankan agar masyarakat kawasan hutan tetap produktif dan juga tetap terjaga pelestarianny, semua berjalan beriringan,” lanjut Aries.
Kawasan Perdesaan agro forestry Kopi Lereng Gunung Arjuna merupakan perwujudan Inisiasi Kolaborasi dan Inovasi (IKI) yang dicetuskan Gubernur Jatim dalam menyelesaikan permasalahan di daerah. Dan dengan Kawasan Perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuna diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di kawasan hutan dan juga menjadi jawaban atas pencegahan bencana di Kota Batu.
Ada 4 desa yang terlibat dalam kegiatan perdesaan agroforesty kopi lereng Arjuno merupakan hasil dari kesepakan pembangunan desa melalui Peraturan Bersama Antar Desa (Permakades) yang dilakukan oleh 4 desa yang ada di Kota Batu
yaitu desa Giripurno yang memiliki lahan hutan desa 400 hektar, desa Bulukerto 300 hektar, desa Sumbergondo 500 hektar dan desa Tulungrejo 500 hektar.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan sektor pertanian kopi sejak zaman Belanda sudah berkembang di Kota Batu dan Malang Raya. Tanaman kopi bisa dipanen setelah 2 tahun. Di Jawa Timur melalui komoditi Kopi telah membuat komunal branding yang merupakan salah satu program Khofifah pada saat kampanye ketika mencalonkan Gubernur Jatim lalu.
Salah satu yang sudah berkembang menjadi komunal branding kopi yakni komunal branding kopi kare Madiun, kopi Wonosalam Jombang dan Kopi Bondowoso.
“Mengapa perlu komunal branding, karena untuk bisa memenuhi pasar ekspor, kadang antara quantity dan continuity ini kurang bisa memenuhi, maka komunal branding menjadi bagian penting selain dari kebutuhan secara quantity dan continuity bisa kita penuhi maka QC (quality control) bisa kita lakukan. Untuk di Bumiaji Batu mulai sekarang dipersiapkan,” tegas Khofifah.
Gubernur Jatim berkeinginan bisa menciptakan semakin banyak desa devisa di Jawa Timur, “diawal berdirinya komunal branding baru ada 2 desa devisa kini sudah ada 140 desa devisa.” ungkap Khofifah.
Keunggulan Desa devisa yakni jika desa mempunyai produk yang genuin atau original bukan produk dari desa lain dan yang melakukan inisasi di satu desa itu banyak juga dari tetangga desa dan ada assosiasinya, maka kualifikasi untuk menjadi desa devisa sudah dimungkinkan. Disamping mendapat pengesahan dari LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia) dan pendampingan juga akan dibantu pemasaran dan pembiayaannya.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur memberikan bantuan secara simbolis berupa 100 bibit tanaman Alpukat, 100 bibit Pinus, 600 batang Kopi komasti, uang tunai 10 Juta dari Bank Jatim untuk donasi Yayasan Darmawangsa Reksawana, 24 unit rombong kewirausahaan dan 8 unit etalase bagi pedagang.
Selain itu juga ada bantuan 2 unit cold storage dari Kementerian Pertanian RI dan satu unit cold storage dari Badan Pangan Nasional RI yang akan ditempatkan di Pasar Induk Among Tani.(buang supeno)