Lahan Pasca Tambang PT MHU Cemari Air dan Kikis Kesuburan Tanah

Jurnalborneo.com

Aliran sungai yang telah tercemar akibat pasca tambang di Desa Bakungan

TENGGARONG – Dampak negatif dari kehadiran tambang mulai dirasakan masyarakat. Salah satunya di Dusun Tepian manggis RT 06 Desa Bakungan, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pasalnya, pertanian di wilayah Desa Bakungan tak lagi subur seperti dulu.

Bahkan, lahan pertanian yang semula produktif, kini kering dan hasil produksi petani rusak akibat pasca tambang. Warga sekitar pun hanya bisa berharap pihak perusahaan dan dinas terkait dapat melihat langsung kondisi yang mereka alami. Dengan demikian bisa segera mendapat solusi konkrit.

Salah satu petani buah Arifin menuturkan, wilayah mereka tersebut sempat digali dua perusahaan, pertama PT Mahakam Indah Jaya (MIJ). Kemudian PT Multi Harapan Utama (MHU) sejak dua tahun terakhir.Mereka melakukan penggalian secara sporadis di sekitar kampung. Namun tidak pernah ada upaya untuk memperbaiki kesuburan tanah. Walhasil, kini tanaman tidak dapat tumbuh optimal di sekitar kampung.

“Mediasi sudah pernah dilakukan, permintaan warga untuk pemulihan lingkungan hidup dan memberikan ganti rugi dari permohonan sejak Tanggal (12/3/2023). Tapi sampai sekarang belum ada kejelasan,” sesal Arifin kepada Jurnalboneo.com, Selasa (1/8/2023).

Disebutkan, buah-buahan yang dulu dapat dinikmati, kini tidak lagi bisa dipanen, karena tandusnya tanah. Rumput dan pohon banyak yang mati akibat limbah yang ditimbulkan bekas galian tambang. “Jangankan mau berbuah lebat, untuk hidup pun tanaman sulit. Kalau pun berbuah isinya gak ada,” ungkap petani buah tersebut.

Di sisi lain, Ketua RT 06 Tepian Manggis Karim menerangkan, limbah dari timbunan overburden (OB) milik PT MHU telah menutup hulu sungai Desa Bakungan. Hingga menyebabkan banjir lumpur masuk ke pemukiman warga. Bila hujan tiba, maka banjir lumpur seolah jadi hal yang biasa. “Dulu sebelum ada perusahaan, enggak pernah ada banjir di kampung. Tapi sekarang hujan setengah jam saja sudah banjir besar,” ujar Karim.

Dia menerangkan, upaya warga selama ini selalu melakukan gotong royong setiap Jumat. Fokusnya membuat parit di bekas sungai yang dulu jadi sumber pengairan sawah warga. “Kalau nggak ada gotong royong, kemungkinan sungai itu sudah rata dengan jalan,” keluhnya.

Dia berharap, perusahaan yang sudah mengambil hasil alam di sekitar kampung mereka, dapat bertanggung jawab untuk melakukan pemulihan kondisi lingkungan hidup. Serta mensejahterakan warga sekitar dan membuatkan sungai agar mengurangi dampak banjir ketika hujan datang.

Jurnalborneo.com pun melakukan upaya konfirmasi kepada manajemen PT MHU di Kecamatan Loa Kulu. Untuk menanyakan keluhan warga Desa Bakungan lantaran kondisi lingkungan pasca tambang mereka. Namun kedatangan media ini tak disambut, bahkan pihak keamanan meminta agar lebih dulu bersurat kepada manajemen. Sehingga bisa melakukan konfirmasi terkait permasalahan di wilayah konsesi mereka. (ax)

Penulis:

Hastag: