MINA – Banyak orang bertanya-tanya kemana perginya batu kerikil setelah dilempar di kompleks Jamarat di Mina.
Ahmed Al-Subhi, salah satu karyawan Perusahaan Kidana, yang merupakan pengembang utama situs suci dan berkantor pusat di Mina sebagaimana dimuat di Arab News dan Hajiumrahnews.com, mengungkapkan Pengembangan, mengungkapkan bahwa proses penanganan batu dimulai segera setelah jemaah menyelesaikan ritual mereka di kompleks tersebut.
Dia menjelaskan, kerikil jatuh dan akhirnya mengendap di basement fasilitas Jamarat, hingga kedalaman 15 meter. Sejumlah sabuk konveyor mengumpulkan batu dan proses mulai menyaringnya dan menyemprotnya dengan air untuk menghilangkan kotoran.
“Kerikil tersebut kemudian dipindahkan ke kendaraan untuk disimpan nanti setelah musim haji. Saat musim haji tiba, para ahli memperkirakan kira-kira berapa ton kerikil yang dibutuhkan, disesuaikan dengan jumlah jemaah yang mengikuti ibadah haji.” Ungkap Ahmed Al-Subhi.
Pengembang tempat suci menyediakan kantong kerikil untuk dilemparkan ke Jamarat, dan sekitar 300 titik kontak tersedia untuk jamaah di Muzdalifah, selain fasilitas Jembatan Jamarat di Mina.
Sekitar 2 juta jemaah haji tahun ini berjalan menuju kompleks bertingkat besar di Jamarat di Mina pada hari Rabu, 28 Juni 2023 dari Muzdalifah, tempat mereka berkemah semalam.
Di Mina inilah umat Islam melakukan ibadah lontar jumrah sebagai simbol melawan setan mencoba membujuk Nabi Ibrahim agar tidak tunduk pada kehendak Tuhan.Â
Tujuh batu dilemparkan ke masing-masing dari tiga pilar untuk memperingati penolakan Nabi Ibrahim terhadap setan.
Melontar jumrah juga mengajarkan kesabaran, ketekunan, dan tindakan untuk menolak godaan syaitan. Penting bagi jemaah haji untuk membaca doa melontar jumrah, baik Jumrah Aqabah, Jumroh Wustha dan Jumrah Ula.(*)