Tidak peduli seberapa sabar seseorang, pasti ada batas di mana mereka akan merasa marah. Beberapa orang mungkin bisa mengontrol emosi mereka dengan baik dan tetap tenang dalam situasi yang sulit. Namun, ada juga yang sedang belajar untuk mengendalikan diri saat emosi meluap.
Marah yang terlalu sering dapat berdampak negatif pada kesehatan dan dapat membuat hubungan dengan orang lain menjadi rapuh. Sebelum hal ini terjadi, penting bagi kita untuk belajar cara mengendalikan emosi yang intens.
1. Temukan apa yang menjadi pemicu emosi
Setiap individu memiliki pemicu emosi yang berbeda-beda. Situasi seperti diejek, diperintah secara berlebihan, dan banyak lagi, bisa memicu kemarahan seseorang. Penting untuk mengenal diri sendiri agar kita dapat mengidentifikasi pemicu-pemicu ini.
Mengetahui apa yang menyebabkan emosi kita memuncak akan membuat kita lebih sadar saat mendekati titik puncak kemarahan. Dengan demikian, kita dapat segera mengambil tindakan yang cepat. Alih-alih membiarkan emosi meledak-ledak, kita dapat memilih untuk mengambil jeda sejenak dan berupaya menenangkan diri terlebih dahulu.
2. Tubuh kita selalu memberikan sinyal saat emosi marah siap meledak
Ketika emosi tidak terkendali, tubuh memberikan berbagai kode seperti menggigil, mengepalkan tangan, wajah yang memerah, dan lain sebagainya. Dari pengalaman kita, penting untuk mengidentifikasi tanda-tanda tersebut. Dengan sedikit usaha, kita dapat menemukan pola yang sering terjadi.
Jika sulit mengenali pemicu emosi marah, setidaknya kita bisa mengenali tanda-tanda yang diberikan oleh tubuh. Ketika momen yang memicu emosi marah muncul, kita akan lebih peka terhadap diri sendiri. Tanda-tanda tubuh tidak pernah berbohong, oleh karena itu penting untuk selalu sadar akan kode-kode tersebut.
3. Rasa marah sebenarnya normal jika didasari oleh alasan yang jelas dan disampaikan dengan tepat
Tidak ada yang salah dalam merasakan kemarahan. Setiap orang pernah mengalami emosi ini, dan dalam beberapa situasi, orang mungkin tidak akan tahu apa yang kita rasakan jika kita tidak mengekspresikannya dengan tegas. Namun, penting bagi kita untuk yakin bahwa kita memiliki alasan yang kuat untuk merasa marah terhadap seseorang.
Tidak hanya penting untuk memiliki alasan yang kuat, tetapi cara kita menyampaikan kemarahan juga harus tepat. Tujuannya adalah untuk mengklarifikasi apa yang salah dan bukan untuk mencaci atau merendahkan orang lain. Pendekatan yang tepat dalam mengungkapkan kemarahan juga membuka ruang komunikasi bagi kedua belah pihak agar dapat berdiskusi untuk mencari solusi ke depan.
4. Marah bukanlah pilihan utama saat berkomunikasi
Ketika kita merasa marah, terkadang orang lain tampak benar-benar mendengarkan kita. Namun, itu tidak berarti marah selalu menjadi solusi yang tepat. Sebelum memilih untuk marah, ada pendekatan yang lebih bijaksana dan tepat yang bisa dilakukan.
Jika kita memiliki kedekatan dengan orang tersebut, sebaiknya mencoba untuk berbicara secara pribadi dengan mereka. Diskusikan dengan baik tentang permasalahan yang ada. Jika khawatir akan terjadi pertengkaran, ajaklah orang lain yang netral bagi kedua belah pihak sebagai penengah untuk membantu mediasi.
5. Catat proses mengendalikan amarah dalam sebuah catatan
Proses belajar untuk menjadi lebih tenang dalam mengendalikan amarah tidak berakhir begitu saja. Pemicu-pemicu yang memicu kemarahan akan tetap ada di masa depan. Penting bagi kita untuk belajar dari pengalaman masa lalu agar dapat menghadapi masalah dengan lebih bijak.
Mencatat pengalaman saat mencoba mengendalikan amarah adalah langkah yang baik. Dari catatan tersebut, kita dapat melihat apa yang berhasil dan apa yang tidak. Dengan demikian, kita tidak perlu mengulangi kemarahan yang sama karena kita telah belajar dari pengalaman sebelumnya.
Belajar mengendalikan amarah bukanlah proses yang instan. Namun, memulainya hari ini adalah keputusan terbaik yang akan membantu kita menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah.